Makalah Tentang Persepsi dan Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
PERSEPSI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
MATA KULIAH :
PENGEMBANGAN PERILAKU ORGANISASI
DISUSUN OLEH:
ARISTA PUTRI SUNDARI CA116111270
CUT LEAN SUSANTI PHOENNA CA116111269
SUCI DWI LARASATI CA116111357
VIJAY EKA PERSETIAWAN CA116111271
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah Yang
Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya-lah kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai Persepsi dan Pengambilan Keputusan dalam
sebuah mata kuliah perkembangan perilaku organisasi.Terselesaikannya makalah
ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, dosen, dan teman-teman sekalian.
Oleh karena itu , kami selaku penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, jika terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah ini ataupun kata – kata yang kurang berkenan, kami
mohon maaf. Untuk perbaikan dan peningkatan tulisan ini, kami sangat
mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Selanjutnya
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan khususnya pembaca.
Tangerang
Selatan, 20 Maret 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Banyak
cara atau gaya dalam pengambilan keputusan. Ada orang yang cenderung
menghindari masalah, ada juga yang berusaha memecahkan / menyelesaikan masalah,
bahkan ada yang mencari-cari masalah. Pada prinsipnya, cara pengambilan
keputusan mengacu pada bagaimana seseorang mengolah informasi, apakah lebih
dominan menggunakan pikirannya, ataukah dengan perasaannya. Setelah semua
informasi diperoleh melalui fungsi persepsi, maka seseorang harus melakukan
sesuatu dengan informasi tersebut. Informasi tersebut harus diolah untuk
memperoleh suatu kesimpulan guna mengambil suatu keputusan ataupun membentuk
suatu opini. Ada gambaran preferensi mengenai dua cara yang berbeda tentang
bagaimana seseorang mengambil keputusan ataupun memberikan penilaian, yaitu
dengan berfikir menggunakan akal pikiran dan menggunakan perasaan atau dengan
persepsi.
Salah
satu cara untuk mengambil keputusan adalah dengan mempergunakan perasaan dan
persepsi. Perasaan disini bukan berarti emosi, melainkan dengan
mempertimbangkan dampak dari suatu putusan terhadap diri sendiri dan/atau orang
lain. Apakah manfaatnya bagi diri sendiri dan/atau orang lain (tanpa
mempersyaratkan terlebih dahulu bahwa hal tersebut haruslah logis). Pengambilan
keputusan atas dasar perasaan ini berlandaskan pada nilai-nilai pribadi atau
norma-norma, dan bukan mengacu pada tindakan yang dapat disebut emosionil.
Apabila kita mengambil keputusan berdasarkan perasaan, kita akan mempertanyakan
seberapa jauh kita pribadi akan melibatkan diri secara langsung, seberapa jauh
kita merasa turut bertanggung jawab terhadap dampak atas keputusan yang
diambil, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Mereka yang
mempunyai preferensi menggunakan perasaan dalam mengambil keputusan, cenderung
bersikap simpatik, bijaksana dan sangat menghargai sesama. Banyak cara atau
gaya dalam pengambilan keputusan.
1.2 PERUMUSAN
MASALAH
1. Apa pengertian persepsi?
2. Beberapa isu mengenai persepsi orang?
3. Bagaimana Hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan individual?
4. Bagaimana proses pengambilan keputusan rasional?
5. Bagaimana meningkatkan kreativitas dalam pengambilan keputusan?
1. Apa pengertian persepsi?
2. Beberapa isu mengenai persepsi orang?
3. Bagaimana Hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan individual?
4. Bagaimana proses pengambilan keputusan rasional?
5. Bagaimana meningkatkan kreativitas dalam pengambilan keputusan?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan
persepi.
2. Mengetahui isu mengenai persepsi
orang.
3. Mengetahui hubungan antara persepsi
dan pengambilan keputusan.
4. Mengetahui proses pngambilan
keputusan rasional.
5. Mengetahui bagaimana meningkatkan
kreativitas dalam pengambilan keputusan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN PERSEPSI
Secara
etimologi persepsi berasal dari bahasa latin perceptioyang berarti menerima atau mengambil. Persepsi adalah
suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan
diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna.
Persepsi
adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa
yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif.
Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan
pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam
perilaku organisasi.
2.2 PENGERTIAN PERSEPSI
MENURUT PARA AHLI :
Rakhmat
Jalaludin (1998: 51) berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan.
Menurut
Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk petunjuk
inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan
untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu
situasi tertentu.
Menurut Asrori (2009:214) pengertian persepsi adalah
“proses individu dalam menginterprestasikan, mengorganisasikan dan memberi
makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan di mana individu itu
berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman.” Dalam
pengertian persepsi tersebut terdapat dua unsur penting yakni interprestasi dan
pengorganisasian. Interprestasi merupakan upaya pemahaman dari individu
terhadap informasi yang diperolehnya. Sedangkan perorganisasian adalah proses
mengelola informasi tertentu agar memiliki makna.
Berdasarkan beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud persepsi adalah proses
menerima, membedakan, dan memberi arti terhadap stimulus yang diterima alat
indra, sehingga dapat memberi kesimpulan dan menafsirkan terhadap objek
tertentu yang diamatinya.
2.3 JENIS – JENIS
PERSEPSI
a. Persepsi visual
Persepsi visual dari
indera penglihatan yaitu mata. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal
berkembang pada bayi dan memengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.
Persepsi visual adalah hasil dari apa yang kita lihat, baik sebelum kita
melihat atau masih membayangkan serta sesudah melakukan pada objek yang dituju.
b. Persepsi auditoria
atau pendengaran
Persepsi auditori
merupakan persepsi yang didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa yang didengarnya.
c. Persepsi perabaan
Persepsi perabaan
merupakan persepsi yang didapatkan dari indera perabaan yaitu kulit. Seseorang
dapat mempersepsikan sesuatu dari apa yang disentuhnya atau akibat persentuhan
sesuatu dengan kulitnya.
d. Persepsi penciuman
Persepsi penciuman
merupakan persepsi yang didapatkan dari
indera penciuman yaitu hidung. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa
yang cium.
e. Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan
atau rasa merupakan jenis persepsi yang
didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Seseorang dapat
mempersepsikan sesuatu dari apa yang mereka ecap atau rasakan.
2.3 PENGERTIAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan
keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental
atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan atau tindakan
2.4 PENGERTIAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENURUT PARA AHLI
Dee Ann Gullies (1996)
menjelaskan definisi pengambilan keputusan sebagai suatu proses kognitif yang
tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa,
diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang
lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan.
Definisi yang lebih sederhana dikemukakan oleh
Hani Handoko (1997), pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan
proses melalui mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu
masalah tertentu.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 BEBERAPA ISU
MENGENAI PERSEPSI ORANG
Teori
Atribusi pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku,
mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau eksternal.
Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh
penyebab-penyebab internal karena sebagai manusia mereka mempunyai keyakinan,
maksud, dan motof-motif didalam dirinya. Namun persepsi kita terhadap benda
mati seperti gedung, api, air, dll, akan berbeda karena mereka adalah benda
mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
1.
Pelaku persepsi : penafsiran seorang
individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau
minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak
dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi
mereka.
2.
Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan
atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya.
Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang
yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara
bersama-sama pula.
3.
Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi
persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin
tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika
ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan
memandangnya.
Penentuan apakah perilaku itu merupakan
penyebab eksternal atau internal bergantung pada tiga faktor :
a) Kekhususan
: apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang berlainan dalam situasi
yang berlainan.
b) Konsensus
: yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi dengan cara
yang sama.
c) Konsistensi
: apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke waktu.Salah satu
penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka
(bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi.
Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar
dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan
penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya
daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitan karena tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitan karena tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
d) Persepsi
selektif : orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan
berdasarkan pengalaman, latar belakang, kepentingan, dan sikap. Hal ini
dikarenakan kita tidak dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar kita.
Misalnya saja, seperti diatas tadi, orang yang menyenangi hasil seni akan
cenderung memperhatikan lukisan daripada orang yang menyenangi teknologi.
e) Efek
halo : yaitu menarik kesan umum mengenai seorang individu berdasarkan suatu
karakteristik tunggal, misalnya pendiam, sangat bersemangat, pintar, dls. Orang
yang menilai dapat mengisolasi hanya karakteristik tunggal. Suau ciri tunggal
dapat mempengaruhi seluruh kesan oarng dari individu yang sedang dinilai.
f) Efek
kontras : yaitu evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang
dipengaruhi oleh pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang baru saja
dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik
yang sama. Contohnya adalah orang yang diwawancara dapat memperoleh evaluasi
yang lebih menguntungkan jika sebelumnya ia telah didahului oleh banyak pelamar
yang kurang bermutu.
g) Proyeksi
: Yaitu menghubungkan karakteristik kita sendiri ke orang lain. Misalnya saja
orang yang bekerja dengan cepat dan ulet akan menganggap orang lain sama dengannya.
h) Berstereotipe
: yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap kelompok
seseorang itu. Misalnya kita menilai bahwa orang yang gemuk malas, maka kita
akan mempersepsikan semua orang gemuk secara sama. Generalisasi seperti ini
dapat menyerdehanakan dunia yang rumit ini dan memungkinkan kita mempertahankan
konsistensi, namun sangat mungkin juga bahwa stereotipe itu tidak mengandung kebenaran
ataupun tidak relevan.
3.2 HUBUNGAN ANTARA
PERSEPSI DAN PENGAMBILAN
Pengambilan
kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian
yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam
organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar
dipengaruhi oleh persepsi mereka. Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu
reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan
dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah
tindakan alternatif. Misalnya, seorang manager suatu divisi menilai penurunan
penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun didivisi lain penurunan sebesar
itu dianggap memuaskan oleh managernya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.
3.3 PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN RASIONAL
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.
3.3 PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN RASIONAL
Pengambil
keputusan harus membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam
batas-batas tertentu. Ada enam langkah dalam model pengambilan keputusan yang
rasional, yaitu : menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan,
mengalokasikan bobot pada kriteria, mengembangkan alternatif, mengevaluasi
alternatif, dan memilih alternatif terbaik.
Model pengambilan keputusan yang rasional diatas mengandung sejumlah asumsi, yaitu :
Model pengambilan keputusan yang rasional diatas mengandung sejumlah asumsi, yaitu :
1. Kejelasan masalah :
pengambil keputusan memiliki informasi lengkap sehubungan dengan situasi
keputusan.
2. Pilihan-pilihan diketahui : pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua kriteria yang relevan dan dapat mendaftarkan semua alternatif yang dilihat.
3. Pilihan yang jelas : kriteria dan alternatif dapat diperingkatkan sesuai pentingnya.
4. Pilihan yang konstan : kriteria keputusan konstan dan beban yang ditugaskan pada mereka stabil sepanjang waktu.
5. Tidak ada batasan waktu dan biaya : sehingga informasi lengkap dapat diperoleh tentang kriteria dan alternatif.
6. Pelunasan maksimum : alternatif yang dirasakan paling tinggi akan dipilih.
3.4 MENINGKATKAN KREATIVITAS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
2. Pilihan-pilihan diketahui : pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua kriteria yang relevan dan dapat mendaftarkan semua alternatif yang dilihat.
3. Pilihan yang jelas : kriteria dan alternatif dapat diperingkatkan sesuai pentingnya.
4. Pilihan yang konstan : kriteria keputusan konstan dan beban yang ditugaskan pada mereka stabil sepanjang waktu.
5. Tidak ada batasan waktu dan biaya : sehingga informasi lengkap dapat diperoleh tentang kriteria dan alternatif.
6. Pelunasan maksimum : alternatif yang dirasakan paling tinggi akan dipilih.
3.4 MENINGKATKAN KREATIVITAS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dengan
adanya kreativitas pengambil keputusan dapat memproduksi gagasan-gagasan baru
yang bermanfaat. Selain itu, juga memungkinkan untuk lebih menghargai dan memahami
masalah, termasuk masalah yang tidak dapat dilihat orang lain.
1. Potensial kreatif : yaitu potensi yang dimiliki kebanyakan orang, namun untuk mengeluarkannya orang harus keluar dari kebiasaan psikologis yang kebanyakan dari kita terlibat didalamnya dan belajar bagaimana berpikir tentang satu masalah dengan cara yang berlainan.
2. Model kreativitas tiga komponen : suatu badan riset menunjukkan bahwa kreativitas individual pada hakikatnya menuntut keahlian, ketrampilan berpikir kreatif, dan motivasi tugas intrinsik. Semakin tinggi tingkat dari masing-masing komponen ini, maka semakin tinggi pula kreativitas seseorang.
Kebanyakan keputusan dalam organisasi biasanya diambil seperti dibawah ini:
1. Potensial kreatif : yaitu potensi yang dimiliki kebanyakan orang, namun untuk mengeluarkannya orang harus keluar dari kebiasaan psikologis yang kebanyakan dari kita terlibat didalamnya dan belajar bagaimana berpikir tentang satu masalah dengan cara yang berlainan.
2. Model kreativitas tiga komponen : suatu badan riset menunjukkan bahwa kreativitas individual pada hakikatnya menuntut keahlian, ketrampilan berpikir kreatif, dan motivasi tugas intrinsik. Semakin tinggi tingkat dari masing-masing komponen ini, maka semakin tinggi pula kreativitas seseorang.
Kebanyakan keputusan dalam organisasi biasanya diambil seperti dibawah ini:
a) Rasionalitas
terbatas : para individu mengambil keputusan dengan merancang bangun
model-model yang disederhanakan yang menyuling ciri-ciri hakiki dari masalah
tanpa menangkap semua kerumitannya. Bila berhadapan pada masalah yang kompleks,
kebanyakan orang menanggapi dengan mengurangi masalah pada level amna masalah
itu dapat dipahami. Ini disebabkan karena kemampuan manusia mengolah informasi
terbatas, membuatnya tidak mungkin mengasimilasi dan memahami semua informasi
yang perlu untuk optimisasi.
b) Intuisi : penggunaan intuisi untuk mengambil
keputusan tidak lagi diangap tak rasional atau tak efektif. Ada pengakuan yang
makin berkembang bahwa analisis rasional terlalu ditekankan dan bahwa dalam
kasus-kasus tertentu mengandalkan pada intuisi dapat memperbaiki pengambilan
keputusan. Namun perlu dilihat bahwa definisi intuitif dari para ahli adalah
suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaring.
Intuisi ini juga saling melengkapi dengan analisi rasional.
c) Identifikasi
masalah : masalah yang tampak cenderung memiliki probabilitas terpilih lebih
tinggi dibanding masalah-masalah yang penting. Ada dua alasan atas hal tersebut
: mudah untuk mengenal masalah-masalah yang tampak, dan karena kita prihatin
dengan pengambilan keputusan dalam organisasi sehingga para pengambil keputusan
ingin tampil kompeten dan ‘berada pada puncak masalah’.
d) Pengembangan
alternatif : bukti menunjukkan bahwa pengambilan keputusan adalah inkremental,
bukan komprehensif. Artinya pengambil keputusan mengindari tugas-tugas sulit
yang mempertimbangkan semua faktor penting, menimbang relatif untung dan
ruginya, serta mengkalkulasi nilai untuk masing-masing alternatif. Sebagai
gantinya, mereka membuat suatu perbandingan terbatas yang bersifat suksesif.
Akibatnya pilihan keputusanpun disederhanakan dengan hanya membandingkan
alternatif-alternatif yang berbeda dalam tingkat yang relatif kecil dari
pilihan terbaru.
e) Membuat
pilihan : untuk menghindari keputusan yang terlalu sarat, para pengambil keputusan
mengandalkan heuristik atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan.
Ada dua kategori umum heuristik dan satu bias lainnya, yaitu :
1. Heuristik ketersediaan : kecenderungan pada orang untuk mendasarkan penilaian pada informasi yang sudah ada ditangan mereka. Ini menjelaskan mengapa para manager lebih mempertimbangkan kinerja terakhir karyawan daripada kinerjanya setengah tahun yang lalu. Sama halnya dengan pikiran orang bahwa naik pesawat lebih berbahaya daripada mobil.
2. Heuristik representatif : menilai kemungkinan dari suatu kejadian dengan menarik analogi dan melihat situasi identik dimana sebenarnya tidak identik. Contohnya adalah manager yang sering menghubungkan keberhasilan suatu produk baru dengan keberhasilan produk sebelumnya, anak-anak yang menonton film Superman dan merasa dirinya seperti Superman, dls.
3. Peningkatan komitmen : suatu peningkatan komitmen pada keputusan sebelumnya meskipun ada informasi negatif. Individu meningkatkan komitmen terhadap suatu arah tindakan yang gagal ketika mereka memandang diri mereka sebagai orang yang bertanggung jawab atas kegagalan tersebut, dengan tujuan untuk memperlihatkan bahwa keputusan awal mereka tidak keliru dan menghindari keharusan untuk mengakui kekeliruan itu. Banyak organisasi menderita kerugian karena seorang manager bertekad membuktikan bahwa keputusan awalnya benar dengan terus mengorbankan sumber daya kepada apa yang merupakan kerugian sejak awal.
4. Perbedaan individual-gaya pengambilan keputusan : riset mengidentikasikan empat pendekatan individual yang berbeda dalam pengambilan keputusan, yaitu :
1. Heuristik ketersediaan : kecenderungan pada orang untuk mendasarkan penilaian pada informasi yang sudah ada ditangan mereka. Ini menjelaskan mengapa para manager lebih mempertimbangkan kinerja terakhir karyawan daripada kinerjanya setengah tahun yang lalu. Sama halnya dengan pikiran orang bahwa naik pesawat lebih berbahaya daripada mobil.
2. Heuristik representatif : menilai kemungkinan dari suatu kejadian dengan menarik analogi dan melihat situasi identik dimana sebenarnya tidak identik. Contohnya adalah manager yang sering menghubungkan keberhasilan suatu produk baru dengan keberhasilan produk sebelumnya, anak-anak yang menonton film Superman dan merasa dirinya seperti Superman, dls.
3. Peningkatan komitmen : suatu peningkatan komitmen pada keputusan sebelumnya meskipun ada informasi negatif. Individu meningkatkan komitmen terhadap suatu arah tindakan yang gagal ketika mereka memandang diri mereka sebagai orang yang bertanggung jawab atas kegagalan tersebut, dengan tujuan untuk memperlihatkan bahwa keputusan awal mereka tidak keliru dan menghindari keharusan untuk mengakui kekeliruan itu. Banyak organisasi menderita kerugian karena seorang manager bertekad membuktikan bahwa keputusan awalnya benar dengan terus mengorbankan sumber daya kepada apa yang merupakan kerugian sejak awal.
4. Perbedaan individual-gaya pengambilan keputusan : riset mengidentikasikan empat pendekatan individual yang berbeda dalam pengambilan keputusan, yaitu :
Analitis
: memiliki toleransi jauh lebih besar terhadap ambiguitas, cermat, mampu
menyesuaikan diri dengan situasi baru.
b. Direktif : memiliki toleransi rendah atas ambiguitas, mencari rasionalitas, efisien, logis, mengambil keputusan cepat, dan berorientasi jangka pendek.
d. Konseptual : berpandangan sangat luas, mempertimbangkan banyak alternatif, orientasi jangka panjang, dan anagt baik untuk menemukan solusi yang kreatif.
e. Perilaku : bisa bekerja baik dengan yang lain, memperhatikan kinerja rekan kerja dan usulan-usulan mereka, mengandalkan pertemuan untuk berkomunikasi, mencoba menghindari konflik, dan mengupayakan penerimaan.
Kebanyakan dari manager memiliki karakteristik diatas lebih dari satu.
b. Direktif : memiliki toleransi rendah atas ambiguitas, mencari rasionalitas, efisien, logis, mengambil keputusan cepat, dan berorientasi jangka pendek.
d. Konseptual : berpandangan sangat luas, mempertimbangkan banyak alternatif, orientasi jangka panjang, dan anagt baik untuk menemukan solusi yang kreatif.
e. Perilaku : bisa bekerja baik dengan yang lain, memperhatikan kinerja rekan kerja dan usulan-usulan mereka, mengandalkan pertemuan untuk berkomunikasi, mencoba menghindari konflik, dan mengupayakan penerimaan.
Kebanyakan dari manager memiliki karakteristik diatas lebih dari satu.
f)
Hambatan dari organisasi : para manager akan membentuk keputusan sesuai dibawah
ini :
1. Evaluasi kinerja : manager dipengaruhi oleh kriteria yang mereka gunakan untuk mengevaluasi. Mereka akan bertindak sesuai apa yang dijadikan penilaian/tolok ukur.
2. Sistem imbalan : yaitu dengan mengemukakan kepada karyawan pilihan apa yang lebih disukai terhadap upah. Umumnya organisasi membuat peraturan formal untuk membakukan perilaku anggotanya.
3. Pembatasan waktu yang menentukan sistem : batas waktu yang eksplisit dalam pengambilan keputusan menciptakan tekanan waktu pada pengambil keputusan dan sering mempersulit untuk mengumpulkan semua informasi yang ingin merka dapatkan.
4. Reseden historis : keputusan yang diambil dimasa lalu akan terus membayangi keputusan saat ini.
g) Perbedaan budaya : latar belakang budaya dari pengambil keputusan dapat mempengaruhi seleksi masalah, kedalaman analisis, arti penting yang ditempatkan pada logika dan rasionalitas, atau apakah keputusan organisasional hendaknya diambil secara otokratis atau secara kolektif.
1. Evaluasi kinerja : manager dipengaruhi oleh kriteria yang mereka gunakan untuk mengevaluasi. Mereka akan bertindak sesuai apa yang dijadikan penilaian/tolok ukur.
2. Sistem imbalan : yaitu dengan mengemukakan kepada karyawan pilihan apa yang lebih disukai terhadap upah. Umumnya organisasi membuat peraturan formal untuk membakukan perilaku anggotanya.
3. Pembatasan waktu yang menentukan sistem : batas waktu yang eksplisit dalam pengambilan keputusan menciptakan tekanan waktu pada pengambil keputusan dan sering mempersulit untuk mengumpulkan semua informasi yang ingin merka dapatkan.
4. Reseden historis : keputusan yang diambil dimasa lalu akan terus membayangi keputusan saat ini.
g) Perbedaan budaya : latar belakang budaya dari pengambil keputusan dapat mempengaruhi seleksi masalah, kedalaman analisis, arti penting yang ditempatkan pada logika dan rasionalitas, atau apakah keputusan organisasional hendaknya diambil secara otokratis atau secara kolektif.
Bagian
terakhir adalah mengenai keetisan dalam pengambilan keputusan. Ada tiga kriteria
keputusan yang etis, yaitu :
1. Kriteria
utilitarian (dimana keputusan diambil semata-mata atas dasar hasil/konsekuensi
mereka).
2. Menekankan
pada hak dasar individu sesuai dengan Piagam Hak Asasi.
3. Menekankan
pada keadilan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari
ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu
melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara
individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh
individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu
menyadari dan mengerti tentang apa yang diinderakan.
Pengambilan
keputusan adalah sebagai
suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada
pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap
proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan
dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan. Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu
reaksi terhadap suatu masalah.
Hubungan keduanya
adalah dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
yaitu dengan menegaskan persepsi yang timbul dari dalam diri dan
mengimplementasikannya untuk mengambil keputusan yang menjadi alternatif pada
sebuah permasalahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER
BUKU
P. Robbins, Stephen,
“Perilaku Organisasi”, Prentice Hall, 2001, Jilid 1 Bab 5
Tunggal, Amin Widjaja. Kamus Manajemen SDM dan Perilaku Organisasi. 1997. Jakarta: Rineka Cipta
Tunggal, Amin Widjaja. Kamus Manajemen SDM dan Perilaku Organisasi. 1997. Jakarta: Rineka Cipta
SUMBER
INTERNET
Luthans,Fred. Perilaku Organisasi. 2006. Jakarta: Penerbit Andi
http://astaqauliyah.com/2005/04/20/teori-teori-pengambilan-keputusan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi
http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/02/09/pengambilan-keputusan/
http://yasinta.wordpress.com/2008/09/04/persepsi-dan-pengambilan-keputusan-individual/.
http://www.scribd.com/doc/8497145/14Proses-Pengambilan-Keputusan-Dan-Karir
Luthans,Fred. Perilaku Organisasi. 2006. Jakarta: Penerbit Andi
http://astaqauliyah.com/2005/04/20/teori-teori-pengambilan-keputusan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi
http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/02/09/pengambilan-keputusan/
http://yasinta.wordpress.com/2008/09/04/persepsi-dan-pengambilan-keputusan-individual/.
http://www.scribd.com/doc/8497145/14Proses-Pengambilan-Keputusan-Dan-Karir
terimakasih kak, saya izin mengambil bahan untuk makalah tugas saya ya, saya sertakan jg sumber dan link nya^^
BalasHapus