Review Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

KEKUATAN CINTA SEJATI

Film kisah romantic atau percintaan terbukti bisa dipahami oleh penonton dari rentang usia yang beragam dan bahkan dari budaya yang berbeda – beda. Tak hanya itu, film – film cinta mampu menggiring emosi penonton dari tertawa bahagia sampai menangis haru. Indrustri perfilman Indonesia tahu benar tentang hal ini, buktinya mereka tetap mengedepankan kisah cinta dalam film – film mereka setiap tahunya dari puluhan film yang di produksi.
Tenggelamnya kapal van der wijck adalah film drama romantic Indonesia tahun 2013 yang di sutradarai oleh Sunil Soraya dan diproduseri oleh Ram Soraya. Film ini diadaptasi dari novel yang dikarang oleh Buya Hamka, diterbitkan sebagai novel pada tahun 1939, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck terus mengalami cetak ulang sampai saat sekarang. Film ini mengisahkan tentang perbedaan latas belakang social yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian. Film ini antara lain dibintangi oleh Pevita Pearch, Herjunot Ali, Reza Rahadian, dan Randy Danistha. Pevita Pearce memerankan tokoh Hajati yaitu wanita muda uang amat cantik dan kelahiran asli Minangkabau yang lembut dan baik hatinya. Hejurot Ali memerankan tokoh Zainuddin yaitu oemuda yang merantau dari Makassar ke Minangkabau tempat kelahiran Ayahnya dan tinggal dirumah bibinya dengan niat ingin bekerja dan belajar mendalami agama. Dan se,emtara Reza Rahadian memerankan took Aziz pemuda dari Padang Panjang yang terpandang, kaya raya dan terkenal Beradat.
Roman yang dikarang oleh Prof. Dr. Hamka ini diterbitkan tahun 1939. Roman ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan persoalan kekayaan yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih. Dari desa kelahirannya yaitu Makassar, Zainuddin pergi ke desa Batipuh di Padang. Di Padang ia tinggal di rumah saudara ayahnya, Made Jamilah. Sebagai seorang pemuda yang datang dari Makasar, ia merasa asing di Padang. Apalagi tanggapan saudara-saudaranya demikian. Demikian pula ketika ia dapat berkenalan dengan Hajati karena meminjamkan payungnya pada gadis itu. Hubungan antara Zainuddin dan Hajati makin hari tersiar ke seluruh dusun dan Zainuddin tetap dianggap orang asing bagi keluarga Hajati maupun orang-orang di Batipuh.Untuk menjaga nama baik kedua orang muda dan keluarga mereka masing-masing, Zainuddin disuruh meninggalkan Batipuh oleh mamak Hajati. Dengan berat hati Zainuddin meninggalkan Batipuh menuju Padang Panjang. Di tengah jalan Hajati menemuinya dan mengatakan bahwa cintanya hanya untuk Zainuddin.
Zainuddin menerima kabar bahwa Hajati akan pergi ke Padang Panjang untuk melihat pacuan kuda atas undangan sahabat Hajati yang bemama Chadidjah. Zainuddin hanya dapat bertemu pandang di tempat itu karena bersama orang banyak ia terusir dari pagar tribune. Pertemuan yang sekejap itu membuat Hajati mendapat ejekan dari Chadidjah. Chadidjah
sendiri sebenamya bermaksud menjodohkan Hajati dengan Aziz, kakak Chadidjah sendiri.
Karena merasa cukup mempunyai kekayaan warisan dari orang tuanya setelah Mak Base meninggal, Zainuddin mengirim surat lamaran pada Hajati. Temyata surat Zainuddin bersamaan dengan lamaran Aziz. Setelah diminta untuk memilih, Hajati memutuskan memilih Aziz sebagai calon suaminya. Zainuddin kemudian sakit selama dua bulan karena Hajati menolaknya. Atas bantuan dan nasehat Muluk, anak induk semangnya, Zainuddin dapat merubah pikirannya. Bersama Muluk, Zainuddin pergi ke Jakarta.Dengan nama samaran “Z”, Zainuddin kemudian berhasil menjadi pengarang yang amat disukai pembacanya. la mendirikan perkumpulan tonil “Andalas”, dan kehidupannya telah berubah menjadi orang terpandang karena pekerjaannya. Zainuddin melanjutkan usahanya di Surabaya dengan mendirikan penerbitan buku-buku.
Karena pekeriaan Aziz dipindahkan ke Surabaya, Hajati pun mengikuti suaminya. Suatu kali, Hajati h undangan dari perkumpulan sandiwara yang dipimpin dan disutradarai oleh Tuan Shabir atau “Z”. Karena ajakan Hajati Aziz bersedia menonton pertunjukkan itu. Di akhir pertunjukan baru mereka ketahui bahwa Tuan Shabir atau “Z”adalah Zainuddin.
Hubungan mereka tetap baik, juga hubungan Zainuddin dengan Aziz. Perkembangan selanjutnya Aziz dipecat dari tempatnya bekerja karena hutang yang menumpuk dan harus meninggalkan rumah sewanya karena sudah tiga bulan tidak membayar, bahkan barang-barangnya disita untuk melunasi hutang. Selama Aziz di Surabaya, ia telah menunjukkan sifat-sifatnya yang tidak baik. la sering keluar malam bersama perempuan jalang, berjudi, mabuk-mabukan, serta tak lagi menaruh cinta pada Hajati. Akibatnya, setelah mereka tidak berumah lagi. Mereka terpaksa menumpang di rumah Zainuddin.
Di Surabaya inilah Zainudin bertemu dengan Hayati yang diantar oleh suaminya sendiri Azis, untuk dititipkan kepadanya, kemudian Azis mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Rasa cinta Zainudin pada Hayati sebenarnya masih membara, akan tetapi mengingat Hayati itu sudah bersuami, cinta yang masih menyala itu berusaha untuk dipadamkan, kemudian Hayati dibiayai untuk pulang ke Batipun.Tetapi nasib malang menimpa Hayati, dalam perjalanan pulang ke Batipun itu, kapal Van Der Wijck yang ditumpanginya tenggelam. Hayati meninggal dunia di rumah sakit di Cirebon. Di saat-saat akhir hayatnya, Hayati masih sempat mendengar dan melihat bahwa sebenarnya Zainudin masih sangat mencintainya, namun semua itu sudah terlambat. Makan Hayati dikubur tepat disamping rumah Zainudin dan Zainudin tergugah hatinya untuk menjadikan rumahnya sebagai rumah panti asuhan yang diberi nama Panti Asuhan Hajati .

Evaluasi

Film berdurasi 165 menit ini menyuguhkan artistik dan properti ala tahun 1930-an yang terkesan berbau kekinian, kurang meyakinkan untuk mendukung suasana 1930-an. Tak cukup sekadar mobil kuno yang masih kinclong, latar Batavia juga hanya mengambil seadanya dari setting kota tua.

Hal yang paling terasa adalah alur ceritanya yang cukup lambat diperparah lagi dengan banyaknya dialog surat-menyurat antara Zainuddin dan Hayati, seolah tidak ada cara lain yang lebih kreatif dalam menyampaikan adegan surat menyurat. Akibatnya konflik berjalan tidak menarik, naik sebentar setelah itu datar. Dan backsound lagu – lagu Nidji terkesan mendukung adegannya yang dapat menyentuh hati para penonton. Tetapi ketika di tngah – tengah film, muncul musik dugem pada saat mereka menari – nari dipesta yang terdengar seperti dugem masa kini.

Kekurangan lainnya adalah special effect kapal bisa dikatakan pas-pasan. Tenggelamnya pun tak jelas apa penyebabnya (Ingat kapal Titanic, tenggelam karena menabrak karang). Terkesan dipaksakan, seolah hanya mau tenggelam saja, biar sesuai judul, kurang dramatis.



Rangkuman



Dengan mengesampingkan beberapa kekurangan tadi, film ini tetap memiliki daya tarik dari segi dialog yang dipilih dan kostum yang apik dari Samuel Wattimena, selain kepopuleran para pemainnya. Dialog yang cenderung puitis, tidak jauh berbeda dari novel aslinya, menjadi penghibur buat penonton. Tidak begitu mengecewakan dibanding kalau kita menonton film dengan tema yang menonjolkan kemewahan atau hantu-hantuan yang sempat ramai di film kita. Setidaknya, film ini turut andil menumbuhkan asa bagi perkembangan film Indonesia yang sempat mati suri agar semakin berkembang lebih baik lagi. Yang pasti, penonton memiliki pilihan dalam memuaskan dahaga akan film nasional.

catatan : sebagian kecil dari beberapa sumber

Komentar

  1. cukup bagus.. tapi di rangkumannya agak menyimpang dari teks tersebut. selebihnya keren ta.

    BalasHapus
  2. bagus.. rangkumannya memotivasi agar orang tertarik dengan film indonesia

    BalasHapus
  3. Padat,detail dan jelas taa....Sudah bagus

    BalasHapus
  4. baguss dan kreatif .tetapi saya kurang memahami isi nya.

    BalasHapus
  5. well done! jelas sekali ceritanyaa, sedikit spoiler tapii

    BalasHapus
  6. yakk sangat jelas cerita nya sehingga pembaca dapat memahami isi cerita

    BalasHapus
  7. Lebih cermat lagi ya. Supaya ga salah ketik. Dah buat lebih rapi tuk tugas berikutnya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH LAPORAN KUNJUNGAN KE PABRIK TAHU

Makalah Tentang Persepsi dan Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Makalah Pancasila Sila "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia "