Makalah Perilaku Organisasi Tentang " Hubungan Kepemimpinan dan Kepercayaan "



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih di kenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya.
      Sejarah timbulnya kepemimpinan sejak nenek moyang dahulu kala kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradaban manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat dalam rangka mempertahankan hidupnya dan mulai unsur Kepemimpinan.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002).
      Dan kepemimpinan memiliki hubungan yang erat dengan Kepercayaan, karena kepercayaaan merupakan prinsip utama dalam memimpin dan kepercayaan adalah modal kehidupan.

1.2  Rumusan Masalah
a.     Bagaimana Etika Kepemimpinan ?
b.    Apa Faktor Membangun Kepemimpinan dan Kepercayaan ?
c.     Bagaimana Hubungan Kepemimpinan dan Kepercayaan ?

1.3  Tujuan
a.       Mengetahui Etika Kepemimpinan
b.      Mengetahui Faktor Membangun Kepemimpinan dan Kepercayaan
c.       Mengetahui Bagaimana Hubungan Kepemimpinan dan Kepercayaan




BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1  Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang organisasi dan manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan kepemimpinan.  Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh anggota organisasi.

Menurut Para Ahli :

Stephen Robbins, misalnya mendefinisikan kepemimpinan sebagai “ ... the ability to influence a group toward the achievement of goals.” Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai serangkaian tujuan. Kata “kemampuan”, “pengaruh” dan “kelompok” adalah konsep kunci dari definisi Robbins.

Definsi lain, diajukan oleh Laurie J. Mullins. Menurut Mullins, kepemimpinan adalah “ ... a relationship through which one person influences the behaviour or actions of other people.” Definisi Mullins menekankan pada konsep “hubungan” yang melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain. Kepemimpinan dalam definisi yang demikian dapat berlaku baik di organisasi formal, informal, ataupun nonformal. Asalkan terbentuk kelompok, maka kepemimpinan hadir guna mengarahkan kelompok tersebut.

Definisi kepemimpinan yang agak berbeda dikemukakan oleh Robert N. Lussier dan Christopher F. Achua. Menurut mereka, kepemimpinan adalah “... the influencing process of leaders and followers to achieve organizational objectives through change.” Bagi Lussier and Achua, proses mempengaruhi tidak hanya dari pemimpin kepada pengikut atau satu arah melainkan timbal balik atau dua arah. Pengikut yang baik juga dapat saja memunculkan kepemimpinan dengan mengikuti kepemimpinan yang ada dan pada derajat tertentu memberikan umpan balik kepada pemimpin. Pengaruh adalah proses pemimpin mengkomunikasikan gagasan, memperoleh penerimaan atas gagasan, dan memotivasi pengikut untuk mendukung serta melaksanakan gagasan tersebut lewat “perubahan.”

2.2  Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
1.      Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal “The GreatmaTheory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga  dapat di capai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik, mental dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:
a.       Kecerdasan
Berdasarkanhasilpenelitian, pemimpin yang mempunyaikecerdasan yang tinggi di ataskecerdasan rat-rata dari pengikutnya akan mempunyaikesempatanberhasil yang lebihtinggi pula. Karenapemimpinpadaumumnyamemilikitingkatkecerdasan yang lebihtinggidibandingkandenganpengikutnya.
b.      Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panic dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.


c.       Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d.      Sikap hubungan kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
2.      Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kearah 2 hal, yaitu:
Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
3.      Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
4.       Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

5.       Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

2.3  Tipe - Tipe Kepemimpinan
Dalam berorganisasi tentu kita mempunyai seorang pemimpin, dan tentunya mempunyai cara kepemimpinan yang khas. Berikut tipe-tipe kepemimpinan tersebut:
1.            Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2.            Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
a.Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan
b.Mereka bersikap terlalu melindungi
c. Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri
d. Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif
e. Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri
f. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

3.        Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
a.Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana
b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan
c. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan
d. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya
e. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya
f. Komunikasi hanya berlangsung searah.

4.      Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratisme miliki ciri-ciri antara lain:
a. Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi
b. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal
c. Berambisi untuk merajai situasi
d. Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri
e.Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan
f. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi
g. Adanya sikap eksklusivisme
h. Selalu ingin berkuasa secara absolute
i. Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku
j. Pemimpinini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

5.         Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggungjawabharus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrolanakbuah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6.       Tipe KepemimpinanPopulistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7.         Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpin nya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamikamodernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8.         Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

2.4Pengertian Kepercayaan 
Kepercayaan adalah  kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain
dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan  merupakan kondisi mental
yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang
mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan
dari orang - orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai
(Moorman, 1993). 

Menurut Rousseau et al(1998), kepercayaan adalah wilayah psikologis yang
merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari orang lain.
Kepercayaan konsumen didefinisikan sebagai kesediaan satu pihak untuk menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang mempercayainya,  terlepas dari  kemampuan  untuk mengawasi dan mengendalikantindakan pihak yang dipercaya (Mayer et al, 1995). 
Menurut Badan Pavlou (2002) mendefinisikan. Kepercayaan sebagai penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh ketidakpastian. Kepercayaan terjadi ketika seseorang yakin dengan reliabilitas dan integritas dari orang yang dipercaya (Morgan & Hunt, 1994). 
















BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Etika Kepemimpinan
        Etika adalah perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai moral, norma-norma, dan hal-hal yang baik-baik. Etika difungsikan sebagai penuntun dalam bersikap dan bertindak menjalankan kehidupan menuju ke tingkat keadaan yang lebih baik. Pada dasarnya arti hakiki etika adalah determinasi pedoman untuk menjalankan apa-apa yang benar dan tidak melakukan apa-apa yang tidak benar. Dengan demikian menjalankan suatu kehidupan yang beretika diyakini akan membawa kehidupan pada suatu kondisi yang tidak menimbulkan efek negatif yang merugikan bagi kehidupan di sekitarnya.

        Etika kepemimpinan dalam menjalankan kegiatan organisasi merupakan dimensi yang tidak terpisahkan dari kehidupan organisasi keseharian. Tanpa adanya etika kepemimpinan yang efektif dapat mengakibatkan keseimbangan organisasi terganggu. Etika kepemimpinan yang diterapkan oleh pengurus organisasi dalam menjalankan roda organisasi dapat menebarkan nilai tambah (value added) bagi peningkatan karakter diri terutama dalam kekokohan mental dan spiritual.

      Kepemimpinan beretika akan membuat suasana hubungan kerja dalam organisasi lebih nyaman dan terhindar dari konflik vertikal maupun konflik horisontal. Sebab, pelaku-pelaku organisasi menyadari keberadaan pedoman dan penuntun berupa prinsip-prinsip etika yang membatasi gerak bersikap dan bertindak.
Adapun prinsip-prinsip etika kepemimpinan dalam berorganisasi adalah :
1.      Menjaga perasaan orang lain
2.      Memecahan masalah dengan rendah hati
3.      Menghindari pemaksaan kehendak tetapi menghargai pendapat orang lain
4.      Mengutamakan proses dialogis dalam memecahkan masalah
5.      Menanggapi suatu masalah dengan cepat
6.      Dan sesuai dengan keahlian (competence)
7.      Menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki (improving value)
8.      Mengedepankan sikap jujur, disiplin, dan dapat dipercaya.

Upaya menerapkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinan bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk kebutuhan itu diperlukan suatu kesamaan persepsi untuk apa organisasi dijalankan. Dalam arti diperlukan suatu komitmen para pelaku organisasi menyamakan langkah tindak untuk mewujudkan tujuan organisasi. Satu hal lain yang juga penting adalah pemberlakuan sanksi yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi proses pembelajaran atas kesalahan yang diperbuat pelaku organisasi. Sanksi dapat diberlakukan tanpa harus adanya diskriminasi. Oleh karena itu setiap organisasi hendaknya mempunyai ´kode etik organisasi´ yang berfungsi sebagai alat pengendalian atau pengawasan organisasi. Kode etik organisasi dan perencanaan strategis (renstra) organisasi dapat dijadikan sebagai pedoman oleh majelis pertimbangan organisasi mengawasi jalannya roda organisasi.


3.2 Faktor Membangun Kepemimpinan dan Kepercayaan
Pemimpin memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompok. Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan, Davis menyimpulkan ada Empat faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
·         Kecerdasan : seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang melebihi para anggotanya
·         Kematangan dan keluasan sosial(Social manutary and breadth) : seorang pemimpin biasanya memiliki emosi yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan yang ckup matang
·         Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation and achievement drives) : dalam diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan
·         Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai para anggotanya Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan antara bawahan dengan pimpinan bersifat saling mempengaruhi.

Faktor-Faktor Membangun Kepercayaan :
·         Terapkan keterbukaan
·         Kembangkan keadilan
·         Ungkapkan perasaan
·          Jaga kerahasiaan
·         Konsisten
·         Pegang janji
·         Katakan kebenaran
·         Tunjukkan kompetensi

Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Pemimpin
Keberhasilan atau kegagalan dari hasil kepemimpinan seseorang dapat diukur atau ditandai oleh empat hal, yaitu :

1. Moril : moril adalah keadaan jiwa dan emosi seseorang yang mempengaruhi kemauan untuk melaksanakan tugas dan akan mempengaruhi hasil pelaksanaan tugas perorangan maupun organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi moril adalah : kepemimpinan atasan. kepercayaan dan keyakinan akan kebenaran. penghargaan atas penyelesaian tugas. solidaritas dan kebanggaan organisasi. pendidikan dan latihan. kesejahteraan dan rekreasi. kesempatan untuk mengembangkan bakat. struktur organisasi. pengaruh dari luar.

2. Disiplin : disiplin adalah ketaatan tanpa ragu-ragu dan tulus ikhlas terhadap perintah atau petunjuk atasan serta peraturan yang berlaku. Disiplin yang terbaik adalah disiplin yang didasarkan oleh disiplin pribadi. Cara-cara untuk memelihara dan meningkat disiplin : Menetapkan peraturan kedinasan secara jelas dan tegas. Menentukan tingkat dan ukuran kemampuan. Bersikap loyal. Menciptakan kegiatan atas dasar persaingan yang sehat. Menyelenggarakan komunikasi secara terbuka. Menghilangkan hal-hal yang dapat membuat bawahan tersinggung, kecewa dan frustasi. Menganalisa peraturan dan kebijaksanaan yang berlaku agar tetap mutakhir dan menghapus yang sudah tidak sesuai lagi. Melaksanakan reward and punishment.

3. Jiwa korsa : jiwa korsa adalah loyalitas, kebanggan dan antusiasme yang tertanam pada anggota termasuk pimpinannya terhadap organisasinya. Dalam suatu organisasi yang mempunyai jiwa korsa yang tinggi, rasa ketidakpuasan bawahan dapat dipadamkan oleh semangat organisasi. Ciri jiwa korsa yang baik adalah : Antusiasme dan rasa kebanggan segenap anggota terhadap organisasinya. Reputasi yang baik terhadap organisasi lain. Semangat persaingan secara sehat dan bermutu. Adanya kemauan anggota untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Kesediaan anggota untuk saling menolong.

4. Kecakapan : kecakapan adalah kepandaian melaksanakan tugas dengan hasil yang baik dalam waktu yang singkat dengan menggunakan tenaga dan sarana yang seefisien mungkin serta berlangsung dengan tertib. Pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki pimpinan dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, inisiatif dan pengembangan pribadi serta pengalaman tugas.

Sejalan dengan pendapat Hadari tersebut, Poernomosidhi Hadjisarosa (1980;33) selanjutnya merinci faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan yang tidak dapat dilepaskan dari sifat kepemimpinan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Dapat menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain
a.    harus menguasai bidang kerjanya (tanpa kecuali)
b.    bersikap ulet
c.    diimbangi dengan keluwesan
2. Melalui orang lain
a. mampu berorganisasi
b. mampu berkomunikasi
c. bersikap manusiawi
3. Dalam kerangka tanggungjawab
a.  melakukan tanggungjawab secara proporsional
b.  dapat dipercaya
c.  berjiwa stabil
4. Disertai dengan kepribadian
a. dapat memelihara dan mengembangkan entusiasme
b. bersikap tanggap
c. dan tenang
5. Dan pengendalian ke dalam
a. bersikap obyektif
b. mampu mengkoreksi diri
c. merasa dapat diganti
6. Dengan keseimbangan dalam pertimbangan
a. keseimbangan antara keuletan dan pengertian
b. keseimbangan antara pengetahuan dan tindakan
c. kesimbangan antara kemajuan dan etika
7.  Dan kelebihan dalam wawasan
a. dalam membawakan produktivitas kerja pegawai
b. dalam menjangkau gambaran masa depan
c. Ketangguhan dalam menghadapi tantangan berat

3.3 Hubungan Antara Kepemimpinan dan Kepercayaan
Suatu kepemimpinan pada dasarnya menekankan pada usaha mencapai suatu tujuan bersama dengan orang lain melalui pengikut. Dalam menjalankan kepemimpinan tersebut harus adanya kepercayaan, karena kepercayaan itulah sangat penting. kepercayaan menjadi pemimpin tentu karena dipercaya oleh pengikut. Kepercayaan itu datang karena keikhlasan dari kedua belah pihak, oleh karena itu kita harus memulai dengan ikhlas. Trust(keyakinan) mengacu pada keyakinan terhadap sesuatu dan kepercayaan bahwa pada ahirnya akan membawa kebaikan atau keuntungan. Hal ini lebih menyangkut loyalitas dan integritas. kepercayaan adalah pengharapan positif bahwa orang lain tidak akan bertindak oportunistik
Jenis kepercayaan yang sering menjadi dasar dalam kepemimpinan pada masa kini dalah:
·         Kepercayaan berbasis ketakutan, takut tindakan balasan kepercayaan itu dilanggar.
·         Kepercayaan berbasis pengetahuan, prediktabilitas perilaku berasal dari riwayat interaksi.
·          Kepercayaan berbasis identifikasi, rasa saling memahami atas posisi masing masing dan menghargai keinginan dan harapan orang lain.          

Selain tiga jenis kepercayaan yang ada dalam kepemimpinan kontemporer ada juga lima dimensi kepercayaan yang harus diperhatikan yakni:
·       Integritas: merujuk pada kejujuran dan kebenaran
·       Kompetensi: mencakup pengetahuan dan keterampilan teknis interpersonal
·       Konsistensi: terkait dengan kehandalan dalam menangani situasi
·       Loyalitas: keingingan melindungi orang lain (biasanya atasan)
·       Keterbukaan: kejujuran terhadap orang lain







BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
                Etika dalam kepemimpinan tidak dapat dipungkiri bahwa pemimpin bertugas memipin, mengatur, dan mengelola dengan rasa tanggung jawab serta mengarahkan kelompok menuju tujuan ekonomis dan sosial-kesejhateraannya, serta mengarhkan pada peningkatan martabat manusia.
            Adapun beberapa faktor  Membangun Kepemimpinan dan kepercayaan. Diantaranya yaitu: Kemampuan, Kesetiaan, Integritas,  Keterbukaan,  Konsistensi.
            Kepemimpinan dan Kepercayaan memiliki hubungan yang sangat erat, karena kepercayaan merupakan prinsip utama (dasar) dalam memimpin. Artinya, seorang pemimpin harus bisa di percaya dan bisa mempercayai orang lain. Jika Anda ditakdirkan sebagai pemimpin, Anda harus mengamalkan prinsip dasar ini. Sebaliknya, jika Anda bukan seorang pemimpin, Anda tetap harus belajar/berprinsip kepemimpinan ini, karena kepercayaan merupakan modal kehidupan.
           














DAFTAR PUSTAKA


Mujiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta:UII Press.
Robbins, Stephen P., Coulter, M. (2012). Management 11th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH LAPORAN KUNJUNGAN KE PABRIK TAHU

Makalah Tentang Persepsi dan Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Makalah Pancasila Sila "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia "